Tak bedanya Galih dengan pria lainnya, tampil cuek untuk urusan penampilannya. Wajahnya biasa-biasa saja, tidak terlalu tampan untuk pantaran orang kota, tidak pintar juga karna hanya lulusan universitas swasta yang tidak cukup ternama. Rambutnya yg klimis udik dengan wajah jawa eksotik. Tidak pernah terlalu berharap jatuh cinta dengan gadis secantik Ratna.
Ratna memang sosok yang pantas diidolakan, cantik, pintar dan juga ramah. Galih mungkin tidak pernah masuk kriterianya, berharap kenalpun mungkin tidak.
Awal pertemuannya dikarenakan arah pulang yang sama. Saling cuek sudah menjadi biasa, sekedar basa basi saja karna mereka satu kantor.
Betul kata pepatah jawa, witing tresno jalaran soko kulino. Ratna hanya menjadi fantasi buat Galih, tidak berharap lebih. Bisa berdekatan dengan Ratna merupakan sensasi yg luar biasa.
Banyak pria tampan yang jatuh hati padanya, berat buat Galih untuk bersaing dgn yg lainnya.
Tidak ada keistimewaan dari Galih yg bisa dipamerkan. Melayani dan menuruti permintaan Ratna adalah salah satu cara bagi Galih agar bisa berdekatan dengannya.
Dimata Galih, Ratna adalah mahluk sempurna yg telah mengalihkan dunianya. Dihadapan Ratna, Galih selalu kehilangan kontrol diri, mendadak gagap, keringat dingin dan lemas.
Saat bahagia bagi Galih ketika Ratna pertama kalinya mengajak pulang bersama. Tidak ada yang spesial memang, tapi jika itu diucapkan dari bibir Ratna menjadi terasa berbeda.
Beberapa kali Galih mencoba sms ke Ratna, perlu keberanian besar untuk menekan tombol kirim pada handphonenya. Besar harapan bagi Galih untuk mendapat jawaban dari Ratna, tp yang ada hanya sebatas harapan. Galih merasa maklum setelah menimbang siapa dirinya.
Mendapat satu senyuman Ratna sudah cukup menjalani indahnya hari, meskipun berharap lebih.
Galih juga manusia biasa, yang punya hasrat. Galih bukan seperti Fahri dalam AAC yg mampu menjaga keimanannya. Hal inilah yang suatu kali membuat Ratna marah karna Galih berusaha menyentuhnya.
Galih pun sadar saat itu bahwa tak ada sedikit pun nama Galih dihatinya.
Ratna maafkan Galih ya..
Ratna memang sosok yang pantas diidolakan, cantik, pintar dan juga ramah. Galih mungkin tidak pernah masuk kriterianya, berharap kenalpun mungkin tidak.
Awal pertemuannya dikarenakan arah pulang yang sama. Saling cuek sudah menjadi biasa, sekedar basa basi saja karna mereka satu kantor.
Betul kata pepatah jawa, witing tresno jalaran soko kulino. Ratna hanya menjadi fantasi buat Galih, tidak berharap lebih. Bisa berdekatan dengan Ratna merupakan sensasi yg luar biasa.
Banyak pria tampan yang jatuh hati padanya, berat buat Galih untuk bersaing dgn yg lainnya.
Tidak ada keistimewaan dari Galih yg bisa dipamerkan. Melayani dan menuruti permintaan Ratna adalah salah satu cara bagi Galih agar bisa berdekatan dengannya.
Dimata Galih, Ratna adalah mahluk sempurna yg telah mengalihkan dunianya. Dihadapan Ratna, Galih selalu kehilangan kontrol diri, mendadak gagap, keringat dingin dan lemas.
Saat bahagia bagi Galih ketika Ratna pertama kalinya mengajak pulang bersama. Tidak ada yang spesial memang, tapi jika itu diucapkan dari bibir Ratna menjadi terasa berbeda.
Beberapa kali Galih mencoba sms ke Ratna, perlu keberanian besar untuk menekan tombol kirim pada handphonenya. Besar harapan bagi Galih untuk mendapat jawaban dari Ratna, tp yang ada hanya sebatas harapan. Galih merasa maklum setelah menimbang siapa dirinya.
Mendapat satu senyuman Ratna sudah cukup menjalani indahnya hari, meskipun berharap lebih.
Galih juga manusia biasa, yang punya hasrat. Galih bukan seperti Fahri dalam AAC yg mampu menjaga keimanannya. Hal inilah yang suatu kali membuat Ratna marah karna Galih berusaha menyentuhnya.
Galih pun sadar saat itu bahwa tak ada sedikit pun nama Galih dihatinya.
Ratna maafkan Galih ya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar