Sabtu, 30 Juni 2012

I'm happy

I m very happy today
do I need a reason for that?
may be because I see your smile shining on your face
may be because I got your heart
may be because I had travelling with love

I m very happy today 
do u want me to give u a reason?
may be because I will toefl test soon
may be because I will having learn much english
may be because I will speak fluently

but I m very happy today
may be because I love my work
may be because I have stopped hating my work
may be because I juts enjoy my hecticness
may be because I just want to meet you
may be because I have started enjoyin on my bike with you

but oh yeah I m very happy today 
may be because I just love my day to day life
may be because I just love my memories
may be because I just living my lIfe
may be because I m proud that I m living my life out from the box

and If u stIll need a reason than let me tell you
I dont have a reason to stay happy
I m happy and I love being so 

Selasa, 26 Juni 2012

More than words


The first person I saw when I entered the house was him. As I stepped through the front doorway, I could see across the entrance hall into the parlor. He was seated there on the sofa, in a posture of waiting, and from the stunned expression that crossed his face when he saw me, it was clear that I wasn’t the person he was expecting.

 “This is a surprise,” he said a trifle coolly. 

I drew a very deep breath. “The flight was fine, and they served lunch on the plane. I just want to see you.” My eyes flicked nervously past him. 

There was a long moment of silence.

Then, he said quietly, “ Don’t do this to me. Don’t try to ruin it. Can’t you just be happy for me?” He paused. “Please understand, I love you always.. but I need her.

As much as I hated to, I had to answer, “Okay.”

He reached over and took my hand. “I’m really sorry. I owe you an apology. I should have told you sooner. The truth is, though, that there wasn’t any ‘sooner.’ It all happened so fast. ”

“I guess it must have.” I said, made no attempt to hide my bitterness.     

 I stood immobile, staring at the closed door. By the time I had reached the road, my mind was centered upon one thing only-- love doesn't need words.
         
      

Sembilan Pelangi (2)


Tik,..tik…tik… suara jariku menari diatas keyboard

Serius dan konsentrasi mengejar target laporan wawancara, keseharian yang menjemukan hidup sebagai jurnalis. Cerita tentang manusia yang ingin memperbaiki diri, ingin kembali diterima ditengah masyarakat setelah melakukan banyak kesalahan, “Penebusan Dosa”. Butuh kesempatan untuk kembali diakui, dihormati, dan dipercaya lagi…

Aku rasa, setiap orang berhak mendapatkan pengampunan, berhak mendapatkan rasa percaya. Apalagi kalo kita belom tau apa masalah sebenernya, cuma prediksi. Khasnya, diawali dengan kata2 “Ah pasti dia ..” Atau “ngapain! Palingan juga dia..”.

Menjadi jurnalis selalu dituntut etika dalam menulis, tidak boleh memihak, harus berhati-hati akan respon terhadap pembacanya. Harus memiliki kemampuan berempati, melihat dari berbagai sudut yang berbeda, tidak boleh menghakimi, hanya boleh menginformasikan saja… ah.. banyak pakem intinya

Sebuah Post it kuning menempel dikabinetku,
Gantiin aku interview yah, jam 10 orangnya mau dateng,
 aku harus ngeliput artis dibandara, CVnya ada dimejaku,
Thanks,
ARDI

Yah, kita harus selalu bersyukur, kita masih diberikan keselamatan disetiap kali kita berkerja. Meliput kerusuhan warga adalah liputan yang paling males aku datengin.. batu berterbangan diatas kepala, emosi dan rasa takut bercampur jadi satu.. padahal kita harus dituntut tampil cantik didepan kamera, apapun kondisinya.. sial buat cameramen ku kemarin, dia harus dirawat dirumah sakit karena terkena lemparan botol kaca.. jadi harus cari pengganti sementara.

Ah.. nanti saja kubaca CVnya.. biar kuselesaikan laporanku dulu..

“Sembilan Nyawa”.. tiba-tiba sudah ada orang didepan mejaku.. berdiri sambil menyodorkan tangannya.

Gak lihat apa aku sedang sibuk begini… males aku meladeninya.. Apa? Barusan?? Aku gak begitu jelas mendengarnya, so what??

“Gimana gue harus manggil lo?”, sebuah respon kewajiban saja.. sesekali aku melihat kepadanya.. tampangnya lusuh kayak habis turun dari bis kota.. bajunya yang kotak-kotak itu loh.. kamsupay banget.. jadi inget “Jokowi”,

 ah peduli amat… laporan ini harus selesai jam 11 nanti, untuk berita siang..

“ Heeyyy… Gue belom tau nama lo..?” tanyanya.. , HEH??? Pertanyaan gw aja yang tadi belum dijawab.. dia udah balik nanya kegw?? Songong, Bawel banget nih orang… apa sih maunya dia.. kenapa juga sekuriti depan bisa membiarkan dia masuk ke sini.. please deh.. cari orang lain aja sonoh buat diganggu..

“ILANG” jawabku malas…. Sebutan dari temen-temenku..

"GW… ILANG.. KUE PELANGI..." Kue Pelangi.. temen-temenku juga bosku juga paling senang sebutan itu.. ibundaku memberikan nama yang cantik.. PELANGI LARASAYU.. dari kecil sampai kuliah aku biasa dipanggil Ayu atau Laras.. tapi di divisi redaksi ini mereka lebih suka panggil aku ILANG atau Kue Pelangi.. suka-suka merekalah.. as long they like it..

HAHAHAHAHA….  
Heh.. kenapa dia? Malah tertawa didepanku.. yang  berhak mentertawakan namaku cuma teman dan bosku saja..

CARI SIAPA?? Tanyaku balik..

“Gue kemarin ditelepon ARDI, katanya mau interview..” oooh ini toh orangnya yang mau diinterview tadi..

Minggu, 24 Juni 2012

Sembilan Pelangi


“Sembilan Nyawa” kataku sambil mengulurkan tangan.

Kutatap cewek mungil didepanku ini, menunggu responnya. Biasanya aku akan mendapatkan respon melongo, tertawa, atau kata ‘maaf’?’ berharap kupingnya salah menangkap. Sering juga mendapat jawaban sadis, ‘ sekarang tinggal berapa?’. Hhhhh sudah sangat terbiasa. Tapi gadis ini lempeng saja. 

“Gimana gue harus manggil lo?” tanyanya.

 Hmmmm oke, aku harus siap menghadapi tawanya yang meledak, seperti yang biasa orang lakukan kalau aku sebut nama panggilanku. 

“ Ambil” jawabku sangat pelan, sampai aku merasa tidak mendengar suaraku sendiri.  

Dia diam saja dan mengangguk. Ajaibbbb! Sumpah baru sekali ini ada orang yang sedatar ini. Pasti ada tali sarafnya yang putus.

Sejak aku paham namaku, kira-kira waktu TK, aku sering ngambek kerena jadi bahan tertawaan teman, apalagi kalau namaku disebut bu guru saat absen kelas. Aku protes keras ke Mom dan Dad kenapa mereka bisa memberiku nama seaneh ini. Padahal nama saudara kandungku yang lain luar biasa hebat. Athan Arsenio Pratama-abangku, Adara Angelina Pandora-adik perempuanku, dan si bontot Armand Alvino Parada. Naaaaahhh… setan apa kiranya yang menghasut mereka memilihkan nama Sembilan Nyawa untukku? Keren sekali kan dikuping mendengar mereka dipanggil Athan, Adara, dan Armand. Sementara aku  dipanggil Ambil? Huhh! Tapi setiap kali aku tanyakan, Mom dan Dad hanya tersenyum dan menjawab, kamu akan jadi lelaki yang sangat kuat dan tidak kenal menyerah. Setengah merajuk aku amini saja doa mereka. 

Gadis itu sudah sibuk lagi dengan komputernya. Sekali-kali rambutnya yang diikat ekor kuda berkibas. Gerakannya sangat aktif, ketukan jemari bergerak lincah di keyboard sambil sesekali menyibak poni jadulnya. Di lemari besinya menempel stiker bertulisan besar ‘Arjuna Loves Shizuka’ dengan gambar sang tokoh wayang Arjuna sedang memanah cintanya kepada Shizukanya Nobita yang centil berkuncir dua. Hahaha.. Dalam sekejab aku merasa dia akan jadi partner kerja yang asik. 

“ Heeyyy… Gue belom tau nama lo.” Tagihku tiba-tiba.

“Ehh…iyaa… Ilang…” katanya. Matanya tidak juga berpaling dari monitor. 

“ Hahhh?? Apanya?”  Sahutku bingung. Cewek yang aneh… batinku

“Gue Ilang…. Kue Pelangi..” jawabnya cepat.

Aku melongo. Sedetik kemudian aku tertawa terpingkal-pingkal sampai keluar air mata. Huahahaaayy. Seperti ini rupanya rasanya menertawakan nama orang….. Nah loh!
*****

Sabtu, 23 Juni 2012

I'm Lucky

Do you hear me,
I'm talking to you
Across the water across
the deep blue ocean
Under the open sky,
oh my, baby I'm trying

Girl I hear you in my dreams
I feel your whisper across the sea
I keep you with me in my heart
You make it easier when life gets hard

I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again

They don't know how long it takes
Waiting for a love like this
Every time we say goodbye
I wish we had one more kiss
I'll wait for you I promise you, I will

I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again
Lucky we're in love every way
Lucky to have stayed where we have stayed
Lucky to be coming home someday

And so I'm sailing through the sea
To an island where we'll meet
You'll hear the music fill the air
I'll put a flower in your hair
Though the breezes through trees
Move so pretty you're all I see
As the world keeps spinning round
You hold me right here right now

I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again
I'm lucky we're in love every way
Lucky to have stayed where we have stayed
Lucky to be coming home someday

(Jason Mraz, Lucky)

Jumat, 22 Juni 2012

Ramaiku

Aku adalah ramaiku
Ramaiku ekspresi diriku
Jika kau tak suka ramaiku
Kuberikan sepiku

Aku adalah ramaiku
Dengannya kubunuh sedihku
Dengannya kuhapus gundahku
Dengannya ekspresi rinduku

Ramaiku membuatmu susah
Ramaiku membuatmu gundah
Ramaiku membuatmu jauh dariku

Aku benci ramaiku
Aku benci aku

Sabtu, 16 Juni 2012

Rindu Kesumat

Rinduku, saru oleh benciku..
tawarkah rasa cintaku olehmu?
sedang rinduku menusuk-nusuk
menggeliatkan gulana

Bagaimana memaknai rindu,
yang luput dari akal
karna jiwa yg malu 
dan hati yang berpraduga

Lepas sudah nuraniku
bergolak dalam jiwa yg sekam
aku tak terkendali
oleh rindu kesumat

Ya Robb...
Jika Engkau ingin mengambil sekeping harap dariku
Mohon jangan darinya

Ya Robb...
Ikhlasku pada-Mu dan doaku pada-Mu
Pintaku untuknya yang melewati samudera

Ya Robb...
Kutitahkan segenap rasa
Kutuangkan secangkir rindu
Agar hilangkan dahaga kerinduan yang mendayu

Ya Robb...
Inginkan ia di seberang sana
Inginkan ia tuk dapat bersama
Inginkan ia yang tak pernah direstu,
namun biarlah hati dan jiwa seorang diri yang tahu

Pun derailah air mataku
Benak tersimpan menyembul ingin dimengerti

Ya Robbi...
Kutuliskan sajak rindu untuknya di peraduan Khatulistiwa

Selasa, 12 Juni 2012

Delapan anak negro

Kaya judul novel Agatha Christie. Kira-kira begitulah keadaan kami saat ini. Terjebak di pulau, dikepung ombak tinggi dan cuaca yang tak jelas. Bedanya mereka bersepuluh, kami cuma berdelapan. Mengisi waktu dengan cerita, canda, dan cela. Mudah2an tidak berakhir dengan saling bunuh kaya novelnya. Hiyyyy..

Harusnya waktu itu bisa seperti pegas ya. Jadi bisa ku rentang biar lebih panjang, atau ku tekan biar memendek. Kalo sekarang, aku pingin pegasnya ditekan biar pendeeekk sekali. Hingga 10 hari hanya sepanjang halaan nafas saja.

Bukan karena aku tidak betah dengan 7 anak negro disekelilingku. Saat ini, dalam keadaan ini, merekalah saudara-saudaraku. Tapi kok air mataku suka menetes kalo inget orang-orang yang kusayang di pulau sana. Naahh.. Repot kan..!

(putri)

Senin, 11 Juni 2012

Gak ada ide

Buntu... Ya, buntu..
Otakku buntu..
Dari semalem hingga pagi ini gak punya ide mau nulis apa?,
jari sudah siap dikeyboard tp tidak juga mau menari.
Suara detik jam terus berdetak menemani sepiku, aku gak tau apa yang mau aku tulis, dadaku penuh dengan kerinduan yang membuatku sesak.
"yang dirindukan saja tidak merindukanmu, buat apa kau pikirkan?" "sudah hentikan memberikannya kata2, dia tak butuh kata",
Yah benar, mungkin ini yg membuat otakku buntu.
Aku masih belum tau mau tulis apa? Gak ada ide, fiksiku juga tidak bisa mengalir seperti biasa.
Hingga detik ini aku juga masih tidak bisa menulis, ah masa bodoh..
Mungkin tidak menulis hari ini, tidak masalah buatku, yang kutakutkan ini awal kejemuan.
Aku masih tak tau harus menulis apa?
Buntu.. Otakku buntu..
Curhat Satria