Rabu, 07 November 2012

Diary Neng : kisah sabtu senja


Ini sabtu ketiga pasca tragedi surat cinta pink dalam kotak DVD.  Neng semakin sering mengurung diri di kamar. Ratusan sms dari Bang Jun tidak pernah Neng balas, pun telpon yang kemudian hanya menjadi miscall. Beberapa kali Bang Jun datang ke rumah, Neng tidak mau menemui. Kalau papasan di jalan, Neng pura-pura tidak lihat; kalau perlu putar arah. Neng tahu, ada orang yang bisa dengan mudah menjadi sangat biasa kembali berteman dan curhat bareng, seperti yang Bang Jun minta dalam sms. Tapi orang itu bukan Neng.
Orang yang tega menyakiti hati saya sama sekali tidak punya hak atas saya, bahkan hak untuk mendapatkan sikap sopan saya.

Tidak, Neng tidak lagi menangis. Hati Neng jadi dingin dan kebas. Bahkan Neng tidak tahu mana yang lebih sakit, dengan Akang atau dengan Abang. 

“Neeeeeenngg!! Bengong lagi kan..!!Lo dengerin gue ngomong gak sih?” sebuah bantal melayang ke muka Neng. 

“Atapiluloh. Kaget tauk.” Neng meringis 

Adalah Butet, sahabat Neng sejak kecil, yang selalu menghibur Neng. Asli Medan. Butet tinggal dengan mamanya. Menurut Butet sih, sang bapak kabur dengan perempuan lain. Butet perempuan yang keras dan tegas, khas orang Batak. Wajahnya biasa saja. Tapi hatinyaaa…. Luar biasa baik.

Butet                   : Mikirin Abang lagi ya, Neng?
Neng                   : ……*senyum miris
Butet                   : Buat apa pula kau masih pikirin dia, Neng. Bikin capek saja kau ini. Kau lihatlah matamu  makin cekung dan sayu.  Masih banyak laki-laki yang lain, Neng cantiikk..
Neng                   : ….ahahaaa… lihat siapa yang barusan ngomong…

Butet sahabat Neng ini sungguh luar biasa setia, atau bodoh, entah mana yang lebih tepat Neng juga bingung. Dari kecil menyimpan cintanya hanya kepada Romy, cowok padang yang usianya 5 tahun lebih tua dari Butet, dan sekarang sudah jadi pegawai kantor pos. Sayangnya, Romy cuma menganggap Butet teman saja, atau kalau mau lebih dekat, ya hanya sebatas adik. Tapi Neng tahu, tak pernah seharipun Butet tidak mencintai Romy.  

Butet                   : yaaahh… dibilangin malah ketawa. Pasti lo mau ngeledek gue ama Uda kan?
Neng                   : …… ngga…

Neng memandangi wajah Butet. Kenapa harus ngeledek? Pikir Neng. Keadaan Neng sekarang juga tidak lebih baik. Tiba-tiba Neng berpikir  mana yang lebih menyakitkan, menjadi pungguk merindukan bulan, atau menjadi bulan ditinggalkan pungguk. 

Butet                   : Tuuh kan bengong lagi. Ayo bangun. Ikut gue sekarang.
Neng                   : Kemana? Neng teh males kemana-mana, Butet sorangan wae atuh kalau mau jalan.
Butet                   : Ayo ikut aja. Kita cari tutut di sawah. Nanti gue yang masak.
Neng                   : aiihh… geuleuh ah. Malu atuh udah gede…
Butet                   : Alaahhh… cepetan!

Setengah jam kemudian, Neng dan Butet sudah ada di tengah sawah. Dengan kaki belepotan lumpur, Neng sibuk mencari keong sawah kecil. Sementara  Butet duduk manis ditengah saung menunggu hasil tangkapan Neng. Dari dulu memang begitu pembagian kerjanya. Butet jago masak, satu lagi kehebatan Butet yang tidak bisa terbantahkan.Sejak kecil, Butet akan mengolah apa saja yang Neng cari, atau curi. Hehehe..

Butet                   : Kau lihat kan, sore diluar kamar itu indah sekali. Buat apa kau mengurung diri terus begitu. Lupakan saja dia. Dia itu sudah nyakitin kau. Tak perlu kau tambah dengan nyakitin diri sendiri.
Neng                   : Neng benci orang itu..
Butet                   : Apa gue harus nginep terus di rumah kau, heh? Nanti gue bikin kau ketawa tiap hari. Gue jamin lo gak bakal inget dia lagi.
Neng                   : Ahh.. kamu sendiri tidak bisa melupakan Uda, kan?

Butet berdiri. Tatapannya melembut. Suaranya juga. Sepertinya beradu pelan dengan desau angin. Dan apa yang Butet katakan tidak akan pernah bisa Neng lupa :

“Saya beda , Neng. Saya mencintai Uda dengan tulus. Uda tidak pernah menyakiti saya. Dia hanya tidak mencintai saya. Dan itu tidak salah. Jika nanti saya bisa mencintai orang lain, itu tidak akan mengurangi rasa cinta saya ke Uda.”

Neng cuma bisa terpana. Mendadak Neng menggigil. Ada dua aura berbeda terasa di udara senja ini. Aura kebencian hitam menggumpal  dari Neng, dan aura putih seperti awan kapas menaungi Butet. Cinta itu tidak ada. Cinta itu ada. Tidak ada. Ada. Tidak adaaaa. Adaaaa.. Kedua aura itu seperti bertarung beradu argumen. Neng dan Butet terdiam saling menyelami. Senja makin gelap.

Ps: Hari itu ditutup dengan pesta tutut yang maha lezat. Hanya saja, Neng dan Butet memakannya sambil diam.



Sabtu, 03 November 2012

Sembilan Pelangi (7)

***
"Kenapa suka Doraemon?", tanya Ardi ke Ilang, rupanya sedari tadi Ardi memperhatikan Ilang yg asik membaca komik ditengah jam istirahat.

"Mau tauuuu, ajahh.. Kasih tau gak yah????" Jawab ilang cengengesan.

"Siapa yg kamu suka dari cerita Doraemon?", tanya Ardi membuka pembicaraan.

"Gw suka Doraemon sejak SD dulu, cerita fiksi yg selalu membuat impian menjadi nyata, tapiiiii.. Bukan doraemon yg paling gw suka, tapi Shizuka.." Jelas Ilang bersemangat.

"Kenapa?" tanya Ardi sambil gak berhenti mengunyah cemilan dimeja Ilang.

"Dari kecil aku selalu bercita2 ingin menjadi Shizuka, gadis manis, ceria juga pintar, selalu jadi idaman teman2 pria" kata Ilang centil.

"Terus... Kalo dia pintar, kenapa diakhir cerita dia memilih menikahi Nobita sibodoh, bukan temannya yg pintar itu... Siapa namanya??, Dekisugi.. " tanya Ardi panjang, supaya dia bisa terus makan cemilan Ilang.

"Begini ceritanya, kisah Doraemon menggantung sejak si Fujiko Fujio, sipengarang jenius wafat, sejak itu semua menduga-duga bagaimana kelanjutannya, tetapi ternyata diam-diam dia sudah membuat script terakhir kisah doraemon yg akhirnya tersebar hingga terkenal" jawab Ilang sok pintar.

Ilang melanjutkan ceritanya..

Singkatnya, cerita terakhir Doraemon ini dibuka dengan adegan saat Nobita pulang dengan menangis karena diganggu Giant. Seperti biasa, ia merengek
" Doraemmmoonnnn... !"" Pinjami aku ituu dong... "" Aku sudah tidak tahan lagi dengan sifat Giant... "
Tetapi, doraemon, sahabatnya tidak bergeming. Ia membisu dengan pandangan kosong, dan terjatuh ketika Nobita menyentuhnya.Alhasil, Nobita pun menghubungi Dorami, sang adik. Dorami pun mengatakan bahwa kemungkinan besar batere kehidupannya telah habis, namun sayangnya... sirkuit support Doraemon sudah tidak berfungsi karena sirkuit tersebut terletak di kupingnya yang hilang karena digigit tikus. 
Jalan satu - satunya adalah membawa pulang Doraemon ke masa depan untuk diperbaiki, namun sebagai resikonya, Memori dalam otak Doraemon akan ter-reset ulang sehingga otomatis kenangannya bersama Nobita akan hilang. 
Jalan lain adalah, menunggu seseorang yang dapat memperbaiki Doraemon dengan pengetahuan yang canggih. 
Sembari mengingat - ngingat kenangan manis dan segala pertualangan yang telah mereka lalui bersama, Nobita memutuskan jalan yang ke 2...Menunggu seseorang yang dapat memperbaiki Doraemon, dan itu orang tersebut adalah dirinya sendiri....
Sejak saat itu, hidup Nobita berubah 180 derajat.Ia menjadi murid yang rajin, tidak pernah terlambat, dan selalu belajar dengan tekun. Hingga saat SMA ia mendapat nilai ujian tertinggi di Jepang yang mengalahkan Dekisugi ( siswa jenius, saingan Nobita dalam cinta )
" Kau hebat Nobita... saat ini tidak ada lagi yang mampu mengalahkanmu dalam ujian ...!"namun Nobita menjawab..." Bukan nilai tinggi yang kucari....., melainkan sebuah pengetahuan yang jauh lebih besar "
Singkat kata, beberapa tahun kemudian, Nobita berhasil menjadi seorang professor Teknik dan tentunya... menikah dengan Shizuka.Suatu ketika, ia memanggil Shizuka ke sebuah ruangan rahasia, yang selama ini tidak seorang pun yang boleh memasukinya....
" Bukankah.. ini adalah ruang rahasia dan berbahaya untuk dimasuki ...Nobita? tanya ShizukaNamun, tak lama Shizuka terdiam, saat melihat pemandangan yang tertidur di depannya. Sebuah sosok yang ia kenal dengan baik, dan tak akan pernah dilupakannya sampai kapan pun........ Doraemon....." Doraemonn.. ? Shizuka terkejut..." Sekarang akan kucoba menyalakannya.....!" Nobita menekan sebuah tombol... dan tak lama...Benda itu bergerak dan membuka matanya...." Nobita !! apa kamu sudah mengerjakan PR-mu ?Shizuka pun langsung meneteskan air mata, tatkala Nobita berlari memeluk Doraemon, sahabat terbaiknya yang telah kembali pulang setelah 20 tahun lamanya....

"Zzzzzzz zzzz.. Zzz.." Ledek Ardi, "Udah ceritanya??, sampe ketiduran" katanya

"Sialan lo, nah loh?? Puding gw lo makan juga?? Anjriiitt.. Pokoknya lo utang puding ke Gw, gw gak rela pokoknya !!! Jawab Ilang cerewet

***

Rutinitas pagi seperti biasa, Ilang kembali kekantor setelah semalaman menginap di Rumah Sakit, wajahnya yg masih muram tampak kelelahan kurang Istirahat.

Dari kejauhan tampak meja kerja Ardi yg kosong, monitor cpu yg masih off, tumpukan kertas yg tersusun rapih.

Lagi-lagi, mata ini selalu tertuju pada stiker dilemari buatan Ardi yg selalu membuatku tersenyum

Masih mengganjal dipikiran Ilang, kenapa gambar yg dibuat Ardi bukan Shizuka bersama Nobita dan teman2nya?, malah bersama Arjuna yg beda cerita dan alamnya?