Rabu, 17 Oktober 2012

Catatan Tejo

Ada undangan merah jambu yang dialamatkan padaku, dari keluarga Sukimin, ayah Surti.

Tak terasa, air mata mengalir begitu derasnya, perlu waktu bagiku untuk menghapusnya. Ku ambil pena dan kucoba menulis surat padanya..

Dear Surti,

Aku tidak pernah mendengar tentang kepulanganmu, tapi kenapa tiba-tiba kau mengirimkan undangan ini??

Selamat ya, Surti.
Selamat menempuh hidup baru. Aku ikut senang mendengarnya. Akhirnya kau menikah dengan Turmidi! Maaf aku tak bisa datang. Aku… aku mau pindah ke Gombong, Sur. Mungkin ini sangat mengejutkan, dan aku tidak bilang padamu jika aku akan pergi. Maaf.
Surti, aku senang sekali kau menikah dengan orang yang kau cintai. Mungkin kau akan membenciku karena aku mengatakan ini, Surti.

Tapi…
Mengapa,Surti?
Mengapa harus dia? Mengapa harus dia yang menjadi pendampingmu? Mengapa harus dia yang mencetak senyum itu di wajahmu? Mengapa harus dia yang menerima semua tatapan sayangmu? Kau tahu? Harusnya itu aku. Aku yang harusnya membuatmu tertawa. Aku yang harusnya menerima semua tatapan sayangmu. Aku yang harusnya menggenggam tanganmu. Aku yang harusnya menerima ciumanmu. Aku yang harusnya mendapatkan cintamu.

Tapi… aku hanyalah seorang pria yang bodoh. Bodoh karena jatuh cinta padamu. Bodoh karena mencintaimu. Bodoh karena aku tetap mencintaimu walaupun kau bersamanya.

Apakah dia mencintaimu seperti aku? Seperti aku yang rela sakit untukmu. Seperti aku yang selalu sedih saat melihat kau bersamanya. Seperti aku yang selalu… selalu mencintaimu.

Kau tahu? Aku akan melakukan apapun agar kau bahagia. Apapun. Termasuk… melepasmu. Aku tahu bukan aku yang ada di hatimu. Bukan aku yang mengisi pikiranmu. Bukan aku yang kau cintai. Aku tahu.

Tapi… aku tetap menyembunyikannya darimu. Aku menyembunyikan perasaan cintaku padamu, hanya agar kau tak merasa bersalah padaku. Kau juga menyembunyikan fakta bahwa kau tahu aku mencintaimu, kan?

Adikmu menceritakan semuanya padaku.
Aku tidak kuat jika harus berada didekatmu, Surti. Maka dari itu, aku memilih pergi. Aku memilih menjauh darimu, dari kehidupanmu, agar aku bisa melupakanmu. Melupakan cinta yang ada di hatiku. Menghilangkan perasaan ini sungguh berat.

Sur, Kau tak tahu rasanya. Kau tak tahu rasanya bagaimana melihat orang yang kau cintai bersama orang lain yang… yang ternyata sahabatmu. Aku tak menyalahkan Turmidi. Aku tidak marah padanya. Aku benci pada diriku sendiri. Aku benci karena jika aku melihatmu bersama Turmidi, aku… aku tidak suka! Maaf, Surti, Maaf.

Maaf juga karena aku tidak datang ke pernikahanmu. Aku tidak sanggup, Surti. Sungguh. Surti… aku mencintaimu. Selalu.

With Love,
Tejo Surono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar